Bawang Merah Bawang Putih adalah cerita rakyat populer Indonesia yang berasal dari
Riau. Kisah ini bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang
memiliki sifat dan perangai sangat berbeda lagi bertolak belakang, serta
mengenai seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Dongeng ini memiliki
tema dan pesan moral yang hampir sama dengan dongeng Cinderella dari Eropa.
Bawang Merah dan Bawang
Putih
Alkisah
di sebuah kampung, hiduplah seorang janda yang memiliki dua orang anak gadis
yang cantik, Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang
Putih telah lama meninggal dunia. Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki sifat
dan perangai yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Bawang Putih adalah
gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati. Sementara
Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah,
tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi akibat ibunya
selalu memanjakannya. Sang janda selalu memenuhi semua permintaan dan tuntutan
Bawang Merah. Selain itu semua pekerjaan di rumah selalu dilimpahkan kepada
Bawang Putih. Mulai dari mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, hampir
semua pekerjaan rumah selalu dikerjakan oleh Bawang Putih seorang diri,
sementara Bawang Merah dan Ibu Tiri selalu berdandan dan bermalas-malasan. Jika
mereka memerlukan sesuatu, tinggal menyuruh-nyuruh Bawang Putih.
Bawang
Putih tak pernah sekalipun mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap sedia
melayani sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya dengan senang hati. Pada suatu hari
Bawang Putih tengah mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu Tiri
dan Saudari Tirinya. Akan tetapi Bawang Putih tak menyadari bahwa sehelai kain
milik Ibu Tirinya telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Bawang Putih
menyadarinya, ia sangat sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka
ia akan dimarahi dan disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Bawang
Putih akan dihukum bahkan diusir dari rumahnya.
Khawatir
kehilangan kain tersebut, Bawang Putih dengan gigih dan tekun tetap mencarinya
sambil berjalan menyusuri sepanjang sungai yang berarus deras itu. Tiap kali
bertemu seseorang di sungai ia selalu menanyakan apakah mereka melihat kain
tersebut. Sayang sekali tak seorangpun yang melihat dimana kain hanyut itu
berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih tiba di bagian sungai yang mengalir
ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang nenek tua yang
tinggal di dalam gua tersebut. Bawang Putih menanyai nenek tua itu mengenai keberadaan
kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui dimana kain itu berada, akan tetapi
ia mengajukan syarat bahwa Bawang Putih harus membantu pekerjaan sang nenek
tua. Karena telah terbiasa bekerja keras, dengan senang hati Bawang Putih
menyanggupi untuk membantu sang nenek merapikan dan membersihkan gua tersebut.
Nenek tua itu sangat puas dengan hasil pekerjaan Bawang Putih. Pada sore
harinya Bawang Putih berpamitan kepada sang nenek. Sang nenek itu kemudian
mengembalikan kain milik Ibu Tiri Bawang Putih yang hanyut di sungai, seraya
menawarkan kepada Bawang Putih dua buah labu sebagai hadiah atas pekerjaannya. Dua buah labu itu
berbeda ukuran, satu besar dan yang lainnya kecil. Karena Bawang Putih tidak
serakah dan tamak, ia memilih labu yang lebih kecil.
Ketika
kembali ke rumah, sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya amat marah karena Bawang
Putih terlambat pulang. Bawang Putih pun menceritakan apa yang telah terjadi.
Ibu Tiri yang tetap marah karena Bawang Putih hanya membawa sebutir labu kecil,
ia kemudian merebutnya dan membanting buah itu ke tanah. "Prak..."
pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi suatu keajaiban, di dalam labu itu
terdapat perhiasan emas, intan, dan permata. Mereka semua terkejut dibuatnya.
Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Bawang Merah adalah orang yang tamak, mereka
tetap memarahi Bawang Putih karena membawa labu yang lebih kecil. Jika saja
Bawang Putih memilih buah yang lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi emas,
intan, dan permata yang mereka dapatkan.
Karena
sifat serakah dan tamak, Bawang Merah berusaha mengikuti apa yang dilakukan
Bawang Putih. Dengan sengaja ia menghanyutkan kain milik ibunya, kemudian
berjalan mengikuti arus sungai dan menanyai orang-orang yang ia temui. Akhirnya
Bawang Merah tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti Bawang Putih,
Bawang Merah yang malas menolak membantu nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya
memerintahkan nenek tua itu untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua
itu pun memberikan labu besar itu kepada Bawang Merah. Dengan riang dan gembira
Bawang Merah membawa pulang labu besar pemberian nenek tua itu. Telah terbayang
dalam benaknya betapa banyak perhiasan, intan, dan permata yang akan ia miliki.
Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan putri kesayangannya itu.
Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan labu besar itu. Akan tetapi apakah yang
terjadi? Bukannya perhiasan yang didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai
macam ular dan hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan. Baik Ibu Tiri
maupun Bawang Merah akhirnya menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka
menyesali bahwa selama ini telah berbuat buruk kepada Bawang Putih dan memohon
maaf pada Bawang Putih. Bawang Putih yang baik hati pun memaafkan mereka berdua.
Versi Power Point
0 Response to "Bawang putih dan Bawang merah"
Post a Comment